Sabtu, 08 Agustus 2009

TAK KAN ADA PAGI

"Takkan ada pagi di ruang batinku."
Terkesima aku atas kesimpulan itu.
Manusia manakah yang sanggup menyatakan datang dan perginya hari?
Manusia manakah yang menentukan siapa yang ada dan yang tak ada?
Bukan, bukan aku. Aku hanya mencoba menegaskan padanya bahwa tanpa dirinya, gelap dan muramlah asaku.
Yang kurasa, yang kutangisi, hendaklah ia diam menjadi monumen dalam diriku.
Jiwa manusia selalu merindukan pagi.
Suka tidak suka, ia simbol pembuka hari tempat dimana harapan digantungkan tinggi-tinggi. Mentari dijadikan tanda kegairahan hidup.
Suatu analogi usang yang masih dipercaya, bahkan olehku....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar